Sabtu, 22 Oktober 2011

Tak usah takut untuk bermimpi

SERINGKALI KITA KECIL HATI DAN RENDAH DIRI KETIKA APA YANG KITA UNGKAPKAN DICAP “KONYOL” OLEH AHLINYA, PLUS TEORI2 YANG MENDASARI ARGUMEN MEREKA.

SEBAGIAN BESAR PENEMU BESAR DIKATAKAN KONYOL KETIKA MELONTARKAN IDE-NYA





BERIKUT ADALAH PERKATAAN KELIRU PARA “AHLI” :
Para tokoh terkenal yang ahli di bidangnya itu memang bukan para peramal, jadi tidak heran kalau banyak prediksi dari mereka yang terbukti keliru di kemudian hari. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
“Jika Tuhan memang menginginkan manusia untuk dapat terbang, Ia akan memberi kita sayap”
~ Pastor Wright, ayah dari Wilbur dan Orville Wright, para pencipta pesawat terbang yang pertama

“Manusia tidak akan bisa terbang, setidaknya sampai 50 tahun kedepan”

~ Wright Bersaudara, 1900 (tiga tahun kemudian mereka sendiri yang membuktikan bahwa perkiraan itu salah)
“Komputer di masa depan tidak akan lebih berat daripada 1.5 ton”
~ Popular Mechanics, 1949
“Saya pikir ada peluang pasar untuk setidaknya 5 buah komputer di seluruh dunia”
~ Thomas Watson, Chairman IBM, 1943
“Saya sudah berkeliling diseluruh penjuru negeri ini dan berbicara dengan orang-orang terbaik, dan saya bisa memastikan pada anda bahwa teknologi data processing tidak akan bertahan lebih dari setahun”
~ Editor business books for Prentice Hall, 1957

“Tapi, apa sih bagusnya barang itu?”

~ Seorang Engineer di Divisi Advanced Computing Systems IBM, 1968, mengomentari microchip yang pertama.

“Tidak akan ada orang yang menginginkan komputer dirumahnya”

~ Ken Olson, Presiden, Chairman dan Pendiri Digital Equipment Corp., 1977

“Telepon ini terlalu rumit untuk dipakai sebagai alat komunikasi, benda ini tidak berguna bagi kita”
~ Internal memo Western Union, 1876.

“Kotak musik tanpa kabel tidak memiliki nilai komersial. Siapa yang akan mau membayar untuk menyampaikan pesan pada orang yang tidak jelas?”

~ Rekan dari David Sarnoff’s mengomentari keinginannya untuk melakukan investasi pada radio tahun 1920an.

“Konsepnya memang bagus, tapi untuk mendapat nilai lebih baik daripada “C”, idenya harus sesuai dengan kenyataan”

~ Seorang professor di Yale University, mengomentari karya tulis Fred Smith tentang pengiriman satu malam. Fred Smith di kemudian hari mendirikan Federal Express.

“Membuka sebuah toko kue adalah ide yang buruk. Lagipula pada riset pasar, orang Amerika lebih menyukai kue yang renyah, bukan yang lunak seperti yang anda buat”

~ Tanggapan terhadap Debbi Fields’ mengenai idenya untuk membuka Mrs. Fields’Cookies.

“Kami tidak menyukai suara mereka, dan memainkan musik dengan gitar sudah ketinggalan jaman”

~ Decca Recording Co. pada saat menolak The Beatles, 1962.

“Sebuah mesin terbang yang lebih berat daripada udara itu sesuatu yang mustahil”
~ Lord Kelvin, Presiden, Royal Society, 1895.

“Kami pergi ke Atari dan berkata, ‘Kami sudah membuat alat yang keren ini, bahkan kami membuatnya dengan menggunakan komponen yang kalian buat, jadi maukah kalian memberikan dana untuk pengembangannya, atau kami akan memberikannya pada kalian jika kami diterima bekerja disini’ Mereka bilang, ‘tidak’ Jadi kemudian kami pergi ke Hewlett Packard dan mereka bilang ‘Kami tidak butuh kalian, sekolah saja kamu tidak lulus”

~ Steve Job, Pendiri Apple Computer, pada saat berusaha untuk mendapatkan dana dari Atari dan HP untuk komputer pertamanya.
Proffesor Goddard itu tidak tahu hubungan antara gaya aksi dan reaksi, dia juga tidak tahu bahwa vakum saja tidak cukup untuk membuat reaksi, sepertinya dia tidak pernah belajar pada waktu masih SMU”
~ 1921 New York Times editorial tentang pekerjaan Robert Goddard mengembangkan roket.

“Mengebor untuk mencari minyak? Maksudmu mengebor tanah untuk mendapatkan minyak? Kamu gila”

~ Komentar seorang pengebor pada saat Edwin L. Drake mendaftarkan proyek pengeboran minyak pada tahun 1859.

“Kelihatannya harga saham sedang mencapai puncak dan akan bertahan untuk selamanya”

~ Irving Fisher, Seorang Professor Ekonomi pada Yale University, 1929. (tidak lama kemudian Amerika beserta seluruh dunia terpuruk dalam jurang resesi akibat rontoknya harga saham)

“Pesawat terbang memang sebuah mainan yang menarik, tapi tidak berguna untuk militer”

~ Marshall Ferdinand Foch, Professor of Strategy, Ecole Superieure de Guerre.

“Semua penemuan sudah dilakukan”

~ Charles H. Duell, Komisaris, kantor hak paten Amerika, 1899.
“Ide Louis Pasteur tentang kuman itu sebuah fiksi yang menggelikan”
~ Pierre Pachet, Professor Fisiologi di Toulouse, 1872.

“Memori 640KB sudah cukup untuk siapapun”

~ Bill Gates, 1981.

“100 juta dollar adalah harga yang terlalu mahal untuk membeli Microsoft”

~ IBM, 1982.

“Siapa sih yang ingin mendengar aktor berbicara?”

~ H.M. Warner, Warner Brothers, 1927. (pada saat itu semua film masih bisu karena belum ada teknologi yang memungkinkan film untuk bersuara)

“Bom itu tidak akan bisa meledak, saya berbicara sebagai seorang ahli bahan peledak”

~ Admiral William Leahy, Pada proyek bom atom Amerika (yang kemudian diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki).

“Perjalanan luar angkasa itu sesuatu yang mustahil”

~ Sir Harold spencer, Astronom Inggris 1957, dua minggu sebelum sputnik diluncurkan ke orbit.

“Virus itu hanya omong kosong”

~ Dr. Peter Duesberg, Professor Biologi Molekuler di Universitas Berkeley tentang HIV.

>>>> sumber: netverum
Selengkapnya...

Berhentilah Menjadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. “Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.” (From : Suluk – logsome)
* * *
Saat anda menghadapi persoalan yang rumit, sangatlah mudah menimpakan semua kesalahan kepada Tuhan. Anda akan berkata, Mengapa dari sekian milyar orang yang Kau ciptakan, kenapa harus aku yang menanggung beban permasalahan ini ya Tuhan? Ya, sangat mudah kita berputus asa, dan berpikir seperti itu. Oleh karena itu, ketika pikiran negatif kita berkuasa, kita akan berpikir untuk menimpakan semua masalah itu ke Tuhan dan lalu menyesal kenapa semua itu harus terjadi pada kita.

Tapi, percayalah, selalu ada pikiran positif yang akan memberikan alternatif yang lebih menenangkan jiwa kita, lalu membuat kita bersyukur di balik semua masalah yang menimpa kita. Bersyukur bahwa semua masalah itu dapat kita hadapi dan membuat kita lebih dewasa. Singkatnya, kita akan belajar tentang hidup ketika kita menghadapi masalah.

Sadarlah selalu, bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, hanya kadar dan macamnya saja yang berbeda-beda. Seseorang, misalnya, sedang mempunyai masalah dengan keluarganya, sementara yang lain mengalami kesulitan keuangan. Namun intinya sama, yaitu bebas dari masalah. Disadari atau tidak sesungguhnya Tuhan menciptakan persoalan sesuai dengan kemampuan manusianya. Jadi, pada dasarnya tergantung pada manusianya, apakah mampu mengatasinya atau tidak. Bahkan tidak hanya mengatasi, apakah mengubahnya menjadi lebih baik atau tidak.

Menyikapi masalah atau persoalan, setiap manusia mempunyai dua cara meresponnya, ada yang dengan senang hati menerimanya dan ada pula yang putus asa.

Respon yang paling bijak adalah terima masalah tersebut dengan lapang dada, tidak menyesali apa yang telah terjadi dan selalu memupuk spirit. Sungguh, hidup adalah anugerah, sehingga cobalah untuk menerima dengan lapang dada dan senang hati meski hidup terkadang pelik dan sulit. Hidup juga perjuangan, hadapilah semampunya, cari solusinya jika mendapati masalah atau persoalan. Dan jika tidak bisa, mintalah bantuan kepada yang mau dan mampu memecahkan permasalahan kita.

Benar sekali bahwa seseorang belum dikatakan teruji kalau belum tersandung masalah. Kebahagiaan maupun kesuksesan sejati sesungguhnya berawal dari timbulnya masalah, namun dapat diatasi dengan baik. Kita sering mendengar bahwa “dibalik kesulitan, ada kemudahan“.

Cinta, benci, sedih, dan bahagia, itu semua diawali dari pemikiran kita sendiri dan rangsangan dari pihak luar tubuh kita. Semua itu masuk ke dalam otak kita yang mempunyai kadar pertimbangan sendiri untuk memikirkan bahwa input tersebut menyenangkan atau tidak.

Tidak ada orang yang bahagia selamanya. Begitu pun sebaliknya, tidak ada orang yang sedih selamanya. Namun, ada orang yang sebagian besar hidupnya dia merasakan kebahagiaan, walau minim harta, apalagi tahta. Ada juga yang merasakan kesedihan yang tak berujung, walau dia bergelimang harta dan tahta. Bahagia dan sedih sesungguhnya hanya dipikiran kita saja. Kita sendirilah yang membuatnya, mau dibuat sedih atau bahagia. Ya, terkadang situasi sekitarlah yang sedikit banyak mempengaruhi suasana hati kita. Ada orang yang saat perasaan sedih datang, ia melampiaskannya dengan mendekatkan diri pada agama, atau mendengar musik, bahkan menonton dan membaca kisah-kisah lucu. Tapi, ada juga melampiaskannya pada hal-hal negatif, tak patut saya sebutkan di sini. Anda dapat melakukan macam lainnya, misalnya dengan menyenangkan hati orang-orang terdekat, yang pada intinya melakukan hal-hal positif. Marilah kita sejak dini—saat ini—mengenali jati diri kita, agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang.

Suatu kali, Mario Teguh, sang Motivator dan konsultan, mendapatkan seseorang “curhat” mengenai pengalaman buruk yang dialaminya. Orang itu bercerita bahwa dirinya merasa dikhianati oleh seseorang yang telah menipunya habis-habisan. Singkatnya, dalam hubungan itu, ia ditinggalkan dan dicampakkan begitu saja. Hatinya perih dan pedih bila mengingat peristiwa itu. Kebahagiaannya hingga saat itu hilang ditelan bumi. Orang itu lalu bertanya pada Mario bagaimana cara menghilangkan perasaan tersebut.

Sang motivator plus konsultas tersebut kemudian memberiman solusinya, bahwa janganlah mengeluhkan perubahan yang terjadi di sekitar kita, dan menyalahkan atas ketidakbahagiaan kita. Mario berujar, “Ingatlah bahwa sumber utama dari ketidak-bahagiaan adalah penolakkan terhadap yang telah terjadi. Apakah yang bisa Anda lakukan untuk yang telah disebut ‘tadi’?Kehidupan Anda berada dalam rentang waktu yang disebut ‘sekarang’ dan sedang terjadi sekarang – sehingga satu-satunya waktu yang bisa Anda gunakan untuk menyebabkan perubahan yang membahagiakan adalah sekarang.”

Ya, saya sepakat dengan Mario bahwa kita memang tidak akan mampu mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita tetap berkuasa penuh atas apa yang dapat kita lakukan untuk menjadikan apa pun yang terjadi sebagai alasan bagi upaya-upaya terbaik kita. jadi, saat inilah untuk mengubah energi negatif menjadi energi positif.

Mario juga mengatakan bahwa bila kita mensyaratkan kebahagiaan atas suatu keadaan, maka kita pasti tidak akan berbahagia dalam keadaan yang lain. Karena perubahan adalah nama dari perjalanan hidup kita. Oleh karena itu jadikanlah diri kita mampu merasakan kebahagiaan dalam keadaan apapun.

Rasa senang, bahagia, kesal, kecewa adalah salah satu rasa yang ada dalam hati kita. Kita tentu lebih suka jika rasa itu adalah senang dan bahagia bukan? Tetapi apakah kita tetap bisa bahagia dan senang meskipun kita mengalami kejadian yang buruk? Harus kita sadari bahwa kita tak akan pernah bisa mengubah kejadian itu sesuai dengan keinginan kita. Satu yang pasti, kita bisa menentukan rasa yang muncul. Itulah yang dinamakan menata hati. Sangat sulit memang mempraktikannya, walau mudah juga sebetulnya.

Sedari kecil kita telah terbiasa merespon hal-hal yang ada sesuai dengan persepsi kita. Kita selalu berpikir bahwa ketika ada sesuatu yang di luar harapan maka respon yang paling tepat adalah kecewa atau marah. Dan ketika bisa mendapatkan apa yang kita inginkan maka kita akan senang dan bahagia.

Sesungguhnya kebahagiaan dan ketenangan sejati itu tidak tergantung pada apa yang terjadi di luar kita. Kedua hal itu sangat bergantung dengan keadaan di dalam diri kita, pun tidak bergantung pada apa yang kita miliki, siapa kita, pendidikan kita, jabatan kita, dan lain-lain. Kebahagiaan datang dengan menutup mata. Kebahagiaan menghampiri pada siapa saja. Hanya saja kebahagiaan terkadang datangnya tidak gratis. Kita harus melewati ujian-ujian terlebih dahulu, atau juga kadang harus kita kejar baru bisa kita dapatkan.

Oleh karena itu, ada dua yang pasti kita dapatkan dalam meraih hidup ini di mana keduanya harus kita terima dengan ikhlas, jangan hanya salah satunya saja. Dua hal itu adalah bahagia dan sedih/kecewa. Bersiap-siaplah menerima kebahagiaan itu, tapi bersiap-siap pula menerima kesedihan. Marilah kita terima kedua rasa itu sebagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bukankah di dunia ini banyak sekali yang berpasangan, kebahagiaan dan kekecewaan adalah salah satunya. Di mana ada bahagia pasti ada kecewa. Begitu juga sebaliknya di mana ada kekecewaan pasti ada kebahagiaan.

Kebahagiaan sesungguhnya tak perlu ditunggu. Rasakanlah saat ini juga. Kebahagiaan dapat kita ciptakan saat ini juga. Awalnya memang sulit dan terkesan dibuat-buat. Tapi lama kelamaan anda akan mendapatkan manfaatnya. Perasaan maupun pikiran anda akan jauh lebih tenang dan damai. Bukankah tujuan utama hidup kita ini adalah meraih kebahagiaan? Entah itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Nikmatilah kebahagiaan itu saat ini juga. Syukurilah kehidupan kita bagaimana pun adanya, dan betapa pun beratnya hidup yang kita jalani ini. Dengan begitu hidup kita terus berjalan dengan senyum bahagia.

Apakah anda mengukur kebahagiaan dengan materi atau uang? Waspadalah jangan sampai terjebak oleh kebahagiaan semu itu. Karena kenyataannya banyak orang yang bergelimang harta justru mereka merasa tidak bahagia. Oleh karena itu sadarilah bahwa kebahagiaan itu tidaklah identik dengan uang. Kebahagiaan ada di setiap kalangan: atas, menengah, dan bawah.

Saya pun menyadari bahwa tidak mudah memang saat kita mengalami kesulitan keuangan sering kali kita ditimpa kepiluan yang begitu mendalam, tiba-tiba hidup begitu susah. Tapi, kita harus menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan yang sudah diberi anugerah, bahwa seberat apa pun masalah yang kita hadapi sesuai dengan kadar yang Tuhan berikan pada kita. Kita harus yakin akan hal itu. Tuhan tidak serta memberikan kesulitan melebihi apa yang tidak kita atasi.

Ada seorang sahabat menceritakan kepada saya, bahwa dirinya pernah waktu dulu ingin bunuh diri. Persoalan yang dihadapinya, menurutnya, begitu berat. Ditambah lagi dengan situasi bangsa yang semakin terpuruk saja dalam segala hal, terutama dalam hal ekonomi. Dia merasa yang kaya semakin kaya saja, dan sebaliknya, yang miskin semakin miskin.

Tapi seiring waktu berjalan, ia mulai kembali kepada kesadarannya. Ia menata hati dan pikirannya lagi. Dan ia mendapat pencerahan bahwa hidup itu sungguh-sungguh berharga. Apalagi, katanya, ketika ia melihat seorang bapak yang berjualan roti di bulan puasa waktu sahur. Ia mendengar pedagang roti yang sering ia beli waktu dirinya masih kecil, demi untuk melanjutkan hidup. Pedagang itu berjuang pantang menyerah walaupun keadaan hidup semakin berat dengan berdagang roti di saat orang-orang sedang sahur.
Ia juga mengaku tersadarkan saat melihat tukang sapu di jalanan yang kebanyakan bapak-bapak dan ibu-ibu. Walau wajah mereka terlihat lelah dan terbakar oleh sengatan matahari, mereka tetap menjalaninya dengan tulus tanpa berkeluh kesah. Ya, mereka adalah para pejuang sejati.

Jadi, alangkah malunya jika kita sedih (terlalu lama) dan berputus asa, apalagi sampai mau bunuh diri, karena orang-orang yang taraf hidupnya di bawah kita saja begitu tulus menjalani hidupnya. Mereka bekerja keras dan tak ada waktu untuk bermuram durja serta meratapi kesusahannya. Daripada tenaga kita habis oleh hal-hal negatif yang sesungguhnya lambat laun akan menggerogoti “dunia” kita yang berharga, lebih baik salurkan energi positif kita yang tanpa kita sadari akan membantu kita mendapatkan kebahagiaan. Mari kita membantu orang lain dan yakinlah hidup kita akan baik pula. Sekecil apa pun yang kita lakukan, yakinlah bahwa hal itu akan mempunyai dampak yang besar pada diri kita.

Ada benarnya jika hidup ini diumpamakan seperto roda, karena kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Kadang kita sedih tapi kadang juga senang. Ketika kita berada di bawah dan selalu di rundung sedih dan menderita, yakinlah kalau hidup kita akan berubah kepada yang lebih baik. Tentunya asal kita terus berusaha dengan disertai doa yang tulus. Mudah-mudahan dengan keyakinan itu membuat sikap selalu optimis. Jadikanlah hati anda seluas samudra, jangan hanya sesempit gelas.
Selengkapnya...

Kisah Seorang Nelayan dan Ilmuwan

Suatu ketika seorang yang besar dan berilmu tinggi ingin bepergian ke kota lain di seberang lautan. Maka ia menyewa seorang nelayan dengan perahunya untuk membawanya menyeberang. Udara nyaman, dan angin lautpun pun tenang.
Di tengah perjalanan keduanya mulai terlibat dalam sebuah percakapan menarik. Sang ilmuwan bertanya pada nelayan: “Ya Fulan, dapatkah kamu membaca dan berhitung?”

Sang nelayan menjawab: “Tidak.”
Hmm, sang ilmuwan mengangguk dan berguman: “Sayang sekali. Seperempat hidupmu telah hilang”
Angin yang mulai berhembus agak kencang dan ombak yang semakin tinggi tak mengusik mereka. Keduanya tetap asyik dengan tanya jawabnya.
Lalu bertanyalah ia kembali: “Tahukan kamu tentang ilmu perbintangan ?
Sang nelayan menjawab; “Tidak”
“Hmm, sayang sekali. Seperempat hidupmu telah kau sia-siakan?” guman sang ilmuwan lagi.
Lalu dilanjutkanlah pertanyaannya itu “Tahukah kamu, tentang ilmu dagang?”
Sang nelayan menjawab “Tidak”
“Hmm sayang sekali. Seperempat hidupmu telah terbuang”
Cuaca semakin buruk, angin bertambah kencang dan ombak tinggi menggulung-gulung. Perahu bergolak naik-turun dan terguncang-guncang hebat. Tapi keduanya tetap asyik dengan pecakapan mereka. Dan demikianlah, berbagai ilmu ditanyakan kepada nelayan, dan setiap kali nelayan menjawab “tidak” maka sepersekian hidupnya telah hilang.
Ketika cuaca makin tidak menentu dan perahu makin oleng, maka tak lama lagi perahu ini akan tenggelam. Keduanya segera terdiam. Dalam suasana mencekam itu tiba-tiba sang nelayan kepada orang yang berilmu tadi.
“Tahukah Bapak caranya berenang?”
Sang Ilmuwan menjawab “Tidak.”
“Hmm, sayang sekali. Seluruh hidup Bapak akan segera hilang!”
* * *
Hidup kita adalah bagaikan mengarungi samudera di tengah berbagai hantaman ombak, tiupan angin dan teriknya matahari serta derasnya hujan. Jika kita tidak mempunyai ilmu yang bisa menyelamatkan perjalanan kita menuju Illahi, maka akan lenyaplah seluruh makna hidup kita ini
Selengkapnya...

Semua Orang Punya Masalah..

Saat aku merasa sudah tdk sanggup memikul beban hidupku yg begitu berat, aku mengakhiri hidupku dgn melompat dr sebuah gedung Lt. 11

Dilantai 10: Kulihat pasangan yg terkenal sangat harmonis & saling mencintai sedang bertengkar & saling memukul satu sama lain.
Dilantai 9: Kulihat Peter yg biasanya kuat & tabah sedang menangis
Dilantai 8: Ah Mei memergoki tunangannya sedang bercinta dgn sahabatnya.
Dilantai 7: Linda sedang minum obat anti depresi.
Dilantai 6: Heng yg pengangguran terus membeli 7 koran utk mencari lowongan kerja tiap hari

Dilantai 5: Mr.Wong yg sangat dihormati publik sedang mencoba baju dalam istrinya
Dilantai 4: Rosa bertengkar lagi dgn pacarnya.
Dilantai 3: pak tua sdg mengharapkan seseorang datang mengunjunginya
Dilantai 2: Lily sdg memandangi foto suaminya yg sudah meninggal 6 bulan lalu
Sebelum aku melompat dari gedung, kupikir aku orang yang paling malang
Skrg aku sadar bhw setiap orang punya masalah & kekuatirannya sendiri
Setelah kulihat smuanya itu.. aku tersadar bhw ternyata keadaanku sebenarnya tdk begitu buruk..
Semua orang yg kulihat tadi skrg sedang melihat aku… terkapar meregang nyawa..
Kurasa setelah mereka melihat kondisiku yg sedang menjelang tak bernyawa skrg, mereka akan berpikir bhw sebenarnya keadaan mereka tdk terlalu buruk.
**Life is Wonderful (Andrew Ho) *
Selengkapnya...

Minggu, 16 Oktober 2011

Kisah Pohon Apel ( Untuk Kedua Orang Tuaku, Maafkan Aku )

Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain-main setiap hari. Dia senang naik ke atas pohon, makan apel, tidur sejenak di bawah bayang-bayang pohon apel … Ia mencintai pohon apel iu dan pohon itu senang bermain dengan dia. Waktu berlalu …….
Anak kecil itu sudah dewasa dan dia berhari-hari tidak lagi bermain di sekitar pohon. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon dan ia tampak sedih. “Ayo bermain dengan saya,” pinta pohon apel itu. Aku bukan lagi seorang anak, saya tidak ‘bermain di sekitar pohon lagi. “Anak itu menjawab,” Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya. “” Maaf, tapi saya tidak punya uang ….. tapi Anda bisa mengambil buah apel saya dan menjualnya. Maka Anda akan punya uang. “Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua apel di pohon dan pergi dengan gembira. Anak itu tidak pernah kembali setelah ia mengambil buah apel. Pohon itu sedih.

Suatu hari anak itu kembali dan pohon itu sangat senang. “Ayo bermain-main dengan saya” kata pohon apel. Saya tidak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Dapatkah Anda membantu saya? “Maaf tapi aku tidak punya rumah. Tetapi Anda dapat memotong cabang-cabang saya untuk membangun rumahmu.” Lalu, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting dari pohon dan pergi dengan gembira. Pohon itu senang melihatnya bahagia, tapi anak itu tidak pernah kembali sejak saat itu.
Pohon itu kesepian dan sedih. Suatu hari di musim panas, anak itu kembali dan pohon itu begitu gembira. “Ayo bermain-main dengan saya!” kata pohon. “Saya sangat sedih dan mulai tua. Saya ingin pergi berlayar untuk bersantai dengan diriku sendiri. Dapatkah kau memberiku perahu?” … “Gunakan batang pohonku untuk membangun perahu. Anda dapat berlayar jauh dan menjadi bahagia.” Lalu anak itu memotong batang pohon untuk membuat perahu. Dia pergi berlayar dan tak pernah muncul untuk waktu yang sangat panjang.
Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi selama bertahun-tahun. “Maaf, anakku, tapi aku tidak punya apa-apa untuk Anda lagi. Tidak ada lagi apel untuk ananda. …” kata pohon “…..
” Saya tidak punya gigi untuk menggigit “jawab anak itu.”
” Tidak ada lagi batang bagi Anda untuk memanjat” .
“Saya terlalu tua untuk itu sekarang” kata anak itu.”
“Saya benar-benar tak bisa memberikan apa-apa ….. satu-satunya yang tersisa adalah akar sekarat” kata pohon apel dengan air mata.
“Aku tidak membutuhkan banyak sekarang, hanya sebuah tempat untuk beristirahat. Saya lelah setelah sekian tahun.” Anak itu menjawab.
“Bagus! Akar Pohon Tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat di situ.” “Ayo, ayo duduk bersama saya dan istirahat”
Anak itu duduk dan pohon itu sangat gembira dan tersenyum dengan air mata.


Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon adalah orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan Ibu dan Ayah … Ketika kita tumbuh dewasa, kita meninggalkan mereka … hanya datang kepada mereka ketika kita memerlukan sesuatu atau ketika kita berada dalam kesulitan. Tidak peduli apa pun, orang tua akan selalu berada di sana dan memberikan segala sesuatu yang mereka bisa untuk membuat Anda bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak laki-laki itu kejam kepada pohon tapi itu adalah bagaimana kita semua memperlakukan orang tua kita.
Cerita ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku ( Arif Sunarmo & Yuning Indarwati )
Maafkan aku ayah, ibu, aku tidak pernah berbakti...

Selengkapnya...

Kisah Motivasi dari Seorang Argo si Bocah Cilik

“Anda mau tahu kekuatan sebuah Mimpi atau cita-cita? Kisah dibawah ini mungkin bisa membantu anda untuk memahami betapa besarnya kekauatan mim pi itu. Jangan pernah meremehkan sebuah mimpi karena mimpi itu bisa terwujud suatu saat kelak. Jadi bermimpilah yang baik dan benar.” Em En Rizal.




Teman-teman ini ada suatu kisah motivasi yang bagus banget. Saya dapatkan Kisah Motivasi dan inspirasi ini dari dengerin radio moderato fm madiun. Mungkin ini akan jadi suatu kisah dan info yang berharga sekali. Dalam cerita tersebut mengisahkan bagaimana orang yang bisa sukses itu dimulai dari mimpi lalu tekad dan terakhir usaha dan kerja keras. Namun sering kali banyak sekali orang dan temen di sekeliling kita itu dalam tahap pertama yaitu bermimpi banyak sekali yang menghalangi kita untuk bermimpi dan banyak pula yang mengambil mimpi mimpi kita. Kita simak yuk cerita berikut.

Si argo mendapat tugas dari gurunya mengenai membuat cerita mengenai mimpi-mimpinya dan saat dirumah si argo membuat cerita mengenai mimpi-mimpinya itu. Karena ayahnya seorang pelatih kuda miskin yang keluarganya itu sangat kekurangan si argo terobsesi dan memiliki mimpi bahwa dia bila sudah besar nanti memiliki tempat pelatihan kuda yang memiliki luas sebesar 400 hektar dan rumah sebesar 400 meter persegi. Pokoknya dalam karangannya tadi dia membicarakan mengenai impiannya membuat sebuah pelatihan kuda yang sangat besar, tanpa terasa karangannya tadi menghabiskan 7 helai kertas. Paginya ia pun langsung menumpuk tugasnya tersebut.
Setelah 1 minggu berlalu dan akhirnya Tugas tersebut dibagikan dan diberikan nilai. Tapi betapa kagetnya argo karena karangannya mendapatkan nilai f dan di tulisi sama gurunya setelah jam pelajaran temui saya di kantor. Saat di kantor argo dimarahi habis-habisan dengan gurunya karena karangannya katanya tidak masuk akal dan tidak akan tercapai.
”Argo kamu itu sudah gila, kamu itu hanya anak seorang pelatih kuda miskin dan tak mungkin kamu akan membangun pelatihan kuda sebesar 400 hektar”kata si guru. ”kamu saya beri waktu 1 minggu untuk mengganti karangan tersebut dan nilaimu juga bisa saya ganti bila kamu mengarang karangan yang lebih logis dan masuk akal” kata guru itu lagi.
Lalu setelah argo pulang ke rumah bertanya pada ayahnya. “Ayah saya memiliki mimpi mengenai membangun pelatihan kuda seluas 400 hektar tapi kata guru saya mimpi itu tak akan pernah tercapai dan hanyalah omong kosong belakang karena saya hanyalah anak seorang yang miskin lalu saya disuruh mengganti mimpi saya itu menjadi mimpi yang lain yang sesuai dan masuk akal” kata si argo. ”Nak mimpimu adalah masa depanmu jadi terserah kamu, kamu mau menggantinya atau tidak “jawab ayah si argo dengan bijaksana dan sabar. “Baiklah ayah, terima kasih atas pendapatmu” kata si argo.
Setelah di sekolah pun si argo tetap membawa karangannya yang dulu yang bercerita tentang pelatihan kuda dan peternakan kuda seluas 400 hektar dan dikumpulkan lagi kepada gurunya namun ada tulisannya biarkanlah nilai F tetap terpajang menjadi nilaiku namun inilah impianku tidak akan pernah bisa tergantikan dengan impian yang lainnya.
setelah berpuluh puluh tahun berlalu si Argo akhirnya beranjak dewasa dan dia akhirnya bisa menggapai mimpinya yang mempunyai peternakan kuda dan memiliki pelatihan kuda sebesar 400 hektar dan rumah sebesar 400 meter persegi. Saat gurunya datang ke tempat pelatihan kudanya dan bertemu dengan argo ia berkata “kamu hebat nak, maafkan aku bila dulu telah melarangmu bermimpi seperti ini. Aku salut padamu aku hanyalah seorang guru yang hanya bisa merenggut mimpi-mimpi anak sepertimu”kata si guru pada argo. Dalam cerita tersebut jelas sudah bagaimana mimpi merupakan inspirasi untuk bisa maju lebih ke depan. kita tinggal memilih menjadi seperti argo si pemimpi yang berusaha mengejar mimpi ato guru yang suka merenggut mimpi seseorang
Selengkapnya...

Kisah Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”
Selengkapnya...